Rabu, 06 Juni 2018

Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Audit


1.      Manfaat TI terhadap SPI:
1)      Mengganti pengendalian manual menjadi pengendalian berbasis TI.
2)      Menyediakan informasi dengan kualitas tinggi.

2.      Risiko Teknologi Informasi
1)      Meningkatkan ketergantungan terhadap kapabilitas hardware dan software
2)      Meningkatkan potensi kesalahan yang bersifat sistematis, pada sistem manual kesalahan bersifat random atau acak.
3)      Menigkatkan potensi akses tanpa otorisasi.
4)      Mingkatkan potensi data hilang.
5)      Menurunkan kebutuhan pemisahan fungsi.
6)      Membutuhkan pengalaman bidang TI.

3.      Cara mengatasi
TI berfungsi sebagai alat bantu proses bisnis, yang di dalamnya termasuk proses akuntansi, agar lebih efektif dan juga lebih efisien.
TI harus dikendalikan dengan tepat, karena jika tidak terkendali, tingkat bahayanya akan lebih besar dari sistem manual.

4.      Pengendalian TI terdiri dari:
1)      Pengendalian umum, adalah pengendalian untuk memastikan TI berfungsi dengan efektif, mencakup:
a.       Administrasi fungsi TI
b.      Pemisahan fungsi TI, mencakup fungsi manajemen TI, fungsi pengembangan sistem, dan fungsi pengoperasian sistem.
c.       Pengembangan sistem
d.      Pengamanan fisik dan online
e.       Backup dan perencanaan kontinjensi
f.       Pengendalian hardware (perangkat keras)

2)      Pengendalian aplikasi, yaitu pengendalian atas program aplikasi yang tersedia dalam sistem, yang mencakup pengendalian input, proses, dan output.

Laporan keuangan adalah output dari sistem, termasuk di dalamnya teknologi informasi (TI). Keandalan laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh keandalan sistem yang digunakan untuk memproduksi laporan keuangan.
Untuk keperluan audit, auditor harus menguji efektifitas implementasi pengendalian TI, yang terdiri dari pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
5.      Pengaruh TI terhadap Audit
1)      Pengendalian TI dan Audit Transaksi
Pengendaian umum TI yang efektif, akan meningkatkan kemampuan auditor untuk menurunkan risiko pengendalian aplikasi pada seluruh siklus transaksi, begitu pula sebaliknya.
2)      Pengaruh pengendalian TI atas pengujian substantive
Pengendalian TI yang efektif akan meningkatkan kemampuan auditor untuk menurunkan ukuran sampel pada pengujian substantif.
a.       Audit melalui komputer (auditing through the computer)
Merupakan proses audit yang dijalankan melalui komputer, atau melalui uji data elektronik. Proses audit semacam ini dijalankan pada perusahaan yang proses bisnisnya sepenuhnya menggunakan komputer.
b.      Audit di lingkungan komputer (auditing around the computer)
Merupakan proses audit pada perusahan yang belum memberdayakan secara penuh kemampuan TI. Dokumen manual masih diberlakukan secara internsif.

Fraud

1.      Perbedaan Fraud dan Error
Kesalahan yang tidak disengaja (error) dan kesalahan yang disengaja (fraud).

2.      Dua kemungkinan tindakan kecurangan
1)      Menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan (fraudulent financial reporting), dengan cara memanipulasi pelaporan aset, pendapatan, dan beban.
2)      Penyalahgunaan assets (misappropriation of assets).

3.      Faktor-faktor pemicu fraud
1)      Menguntungkan/tekanan (insentives/pressures), curang dilakukan karena menguntungkan atau bisa juga karena tekanan.
2)      Peluang (opportunities), curang dilakukan karena terbuka kesempatan untuk berbuat curang.
3)      Mentalitas/rasionalisasi, curang dilakukan karena faktor mentalitas atau pembenaran atas tindakan yang salah.

4.      Dua cara untuk mengukur potensi fraud
1)      Menerapkan prinsip skeptisme profesional (professional skepticism) atau sikap selalu mempertanyakan (questioning mind).
2)      Melakukan evaluasi kritis terhadap bukti audit.

5.      Sumber informasi asesmen resiko
1)      Hasil diskusi dengan tim audit
2)      Hasil wawancara dengan manajemen.
3)      Hasil identifikasi faktor-faktor pemicu fraud.
4)      Hasil uji analitis terhadap data dan informasi yang tersedia.
5)      Sumber informasi lain.

6.      American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) yaitu suatu organisasi profesional dalam bidang akuntansi publik yang keanggotaannya hanya bagi akuntan publik terdaftar (certified public accountants).

7.      Pedoman pendeteksian dan pencegahan fraud menutut AICPA
1)      Mengembangkan budaya kejujuran dan etika yang tinggi.
2)      Manajemen bertanggungjawab dalam mengevaluasi risiko kecurangan.
3)      Pemantauan oleh komite audit.

8.      Cara pengembangan budaya kejujuran
1)      Contoh perilaku dari top menajemen.
2)      Menciptakan lingkungan kerja yang positif.
3)      Merekrut dan mempromosikan SDM secara tepat.
4)      Pelatihan, untuk memahamkan ekspektasi manajemen.
5)      Konfirmasi, konfirmasi dari SDM tentang pelaksanaan tanggungjawab masalah kejujuran dan etika.
6)      Penanaman disiplin

9.      Relevansi budaya kejujuran dan etika dengan audit laporan keuangan yaitu, audit laporan keuangan ditujukan untuk menjamin kebenaran laporan keuangan.

10.  Bentuk tanggung jawab manajemen terhadap risiko audit
1)      Mengidentifikasi dan mengukur potensi fraud.
2)      Mencegah risiko fraud.
3)      Memonitor program pencegahan dan pengendalian fraud.

11.  Bentuk pengawasan fraud oleh komite audit
1)      Pelaporan langsung ke komite audit atas temuan penting dalam internal audit.
2)      Laporan periodik oleh divisi etika tentang whistleblowing, yaitu “peluit” untuk fraud.
3)      Laporan lain tentang pelanggaran etika atau tersangka fraud.

12.  Indikasi fraud pada pelaporan pendapatan
1)      Dari prosedur analitis, adanya persentase laba kotor (gross margin) dan perputaran piutang yang menyimpang jauh dari data pembanding.
2)      Ketidaklengkapan dokumen (documentary discrepancies).
3)      Penyalahgunaan penerimaan kas dari pendapatan.
4)      Penyimpangan pencatatan penjualan.

13.  Tanggung jawab auditor pada saat ditemukan adanya dugaan fraud
1)      Melakukan wawancara kritis dan analitis, yang mencakup:
a.       Wawancara informasi (informational inquiry), dengan tujuan hanya mengumpulkan fakta.
b.      Wawancara asesmen (assessment inquiry), yaitu wawancara yang bersifat analitis dengan cara mengkontraskan berbagai informasi yang telah didapat.
c.       Wawancara introgasi (interrogative inquiry)
2)      Evaluasi hasil wawancara
3)      Menerapkan teknik mendengar (listening skill) disepanjang proses wawancara.
4)      Melakukan observasi perilaku terduga pelaku fraud (observing behavioral cues).
5)      Memberdayakan software untuk analisis data.
6)      Memperluas pengujian substantif.

Materialitas

1.      Materialitas adalah Asesmen yang bersifat relatif, bukan bersifat absolut atau mutlak dalam melakukan asesmen materialitas memerlukan angka pembanding.

2.      Penentuan Materialitas
Materialitas salah saji ditentukan pada dua tingkat, yaitu:
1)      Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan.
2)      Tingkat segmen audit (transaksi, saldo akun, dan pengungkapan), dikenal dengan istilah performance materiality.
Materialitas juga ditentukan pada tahap perencanaan audit dan pada tahap kesimpulan audit (evaluasi hasil audit).
1)      Pada tahap perencanaan audit
a.      Menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan (utamanya laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif).
b.      Menentukan materialitas pada tingkat saldo akun (performance materiality).
2)      Pada tahap kesimpulan audit
a.      Membuat estimasi total salah saji segmen atau elemen laporan keuangan.
b.      Membandingkan estimasi kombinasi salah saji dengan estimasi awal materialitas atau revisi asesmen materialitas (revised judgement about materiality). Revisi asesmen materialitas adalah perubahan angka materialitas dari yang telah ditetapkan pada saat perencanaan audit.

3.      Dasar alokasi materialitas tingkat laporan keuangan ke materialitas saldo akun
1)      Potensi salah saji, semakin kecil potensi salah salah, semakin besar alokasi materialitas, artinya semakin besar toleransi terhadap temuan salah saji, begitu pula sebaliknya
2)      Potensi biaya audit, semakin besar potensi biaya audit, semakin besar materialitas. Meskipun demikian, efektifitas audit tetap tidak bisa dikorbankan dengan pertimbangan biaya audit.

4.      Hubungan SPI, materialitas, dan bukti auditSPI kuat → potensi salah saji kecil → materialitas besar (toleransi terhadap salah saji besar) → bukti audit relatif sedikit.SPI lemah → potensi salah saji besar → materialitas kecil (toleransi terhadap salah saji kecil) → bukti audit relatif banyak.

Sabtu, 02 Juni 2018

Pemahaman dan Pengujian SPI

1.      Prinsip dokumen transaksi mencakup:
1)      Bernomor urut tercetak (prenumbered form).
2)      Dibuat bersamaan dengan terjadinya transaksi.
3)      Dirancang multi fungsi.
4)      Mudah dibuat, kecil potensi salah isi dan potensi penyalahgunaan.

2.      Dokumen berfungsi sebagai
1)      Alat perintah
2)      Alat bukti
3)      Alat pengendalian/pengawasan

3.      Audit harus dilakukan berbasis risiko karena auditor dalam menjalankan tugas dan kewajiban dihadapkan pada keterbatasan waktu dan biaya, sehingga harus dialokasikan.

4.      Pemahaman SPI dapat diperoleh melalui:
1)      Kuisioner
2)      Pemutakhiran dan evaluasi pengalaman dari penugasan audit sebelumnya.
3)      Wawancara dengan staf yang relevan.
4)      Evaluasi atas dokumen dan pembukuan.
5)      Observasi aktivitas operasional.
6)      Observasi sistem informasi akuntansi.

5.      Tujuan pemahaman SPI adalah untuk memahami kekuatan dan kelemahan SPI dalam mencegah adanya kesalahan dengan sederhana.

6.      Tujuan komunikasi SPI adalah Manajemen dapat memahami kelemahan sistem yang ada dan selanjutnya melakukan kegiatan perbaikan.

7.      Tujuan management letter adalah untuk mengkomunikasikan kepada manajemen tentang berbagai macam kelemahan SPI yang ada.

8.      Tujuan pengujian SPI adalah untuk mengukur tingkat efektifitas SPI, karena implementasi SPI bisa jadi berbeda dengan standar SPI yang telah ditetapkan, atau berbeda dengan yang dipahami oleh auditor.

9.      Prosedur pengujian SPI:
1)      Wawancara dengan staf terkait.
2)      Evaluasi dokumen, pembukuan, dan laporan.
3)      Observasi prosedur pengendalian, terutama untuk kegiatan yang tidak didokumentasikan.
4)      Pengerjaan ulang prosedur SPI.

10.  Kecukupan audit merupakan suatu bukti dapat dikatakan cukup apabila jumlah dan jenis bukti audit yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatannya memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya.

Efektifitas berarti produk akhir suatu kegiatan operasi telah mencapai tujuan baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja dan kuantitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan.


11.  Pengujian pengendalian audit adalah Prosedur audit yang dilaksanakan untuk menetukan efektifitas desain dan/atau operasi pengendalian intern.

Pengujian substantif adalah Pengujian atas kewajaran angka-angka dalam laporan keuangan.

12.  Dua alternatif pendekatan audit:
1)      Pendekatan pengujian sistem (the lower assessed level of control risk approach), digunakan pada saat:
a.       SPI diprediksi memadai dan efektif.
b.      Volume transaksi relatif besar.
2)      Pendekatan pengujian substantif (primarily substantive approach), digunakan pada saat:
a.       SPI diprediksi kurang memadai dan tidak efektif.
b.      Volume transaksi rendah, sehingga lebih efisien langsung melakukan pengujian substantif.

Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Audit

1.       Manfaat TI terhadap SPI: 1)       Mengganti pengendalian manual menjadi pengendalian berbasis TI. 2)       Menyediakan infor...